0

Cak Nun Jogja


JOGJA POST — Bila Anda tuan rumah, kemudian ada 2 tipe orang; yang pertama adalah orang yang selalu mampir ke rumah Anda meskipun hanya menanyakan kabar. 

Tipe kedua adalah orang yang mampir ke rumah Anda namun mampirnya hanya karena ingin meminta makanan kepada Anda. 

Menurut Anda, hati Anda akan ikhlas dan sukarela memberikan makanan kepada orang tipe 1 atau 2? 
Tentu saja Anda akan lebih ikhlas memberikan makanan kepada orang tipe pertama, sebab kedatangan orang tipe pertama ke rumah Anda bukan hanya datang dan meminta makan. 

Lebih dari itu, apa yang dilakukan orang tipe 1 adalah menjalin hubungan persaudaraan agar semakin erat. Yah, meskipun hanya sebatas menanyakan kabar, namun dampaknya cukup besar. 

Ibaratnya, orang tipe pertama tadi tak meminta pun pasti akan dilayani super hotel bintang 7 oleh tuan rumahnya. 

Berbeda dengan orang tipe kedua. Orang semacam ini biasanya implang-impleng mondar-mandir di depan rumah Anda. Sudah bisa ditebak, perilaku implang-implengnya tersebut pertanda ingin meminta makanan. 

Bila Anda selaku tuan rumah, apa yang akan Anda rasakan? Bisa jadi hati Anda akan mengatakan “ndang cepeto lungo”, atau “iki maneh-iki maneh”. 

Bisa jadi orang tipe kedua tadi bukan hanya mendapat sindiran, namun malah diusir. 

Begitulah di dalam tips rejeki, bangun keakraban dulu. Mbok yo’o nek iso dadi manungso ki pengene mbantu, bukan diberi. Dengan demikian, semangat tangan di atas menjadi penyemangat paseduluran. 
Maksudnya, jalin kedekatan dengan semua orang, jangan mendekat jika hanya butuh bantuan. 

Hubungan kepada Allah

Nah, bila tadi kita membahas mengenai tips mudah rejeki antara manusia dengan sesama manusia, maka selanjutnya membangun hubungan antara manusia dengan Allah. 

Manusia sebagai hamba memang dianjurkan untuk meminta kepada Allah, bahkan, bila manusia tidak meminta kepada Allah, Allah akan “cemburu”. 

Cak Nun dalam pituturnya, membagi tiga kelas cara meminta kepada Allah. Ketiga kelas tersebut yang pertama adalah meminta secara terang-terangan. 

Berdoa secara terang-terangan memang diperbolehkan, namun seberapa sopankah sehingga kita langsung meminta padahal ibadah kita juga belum seberapa? Amalan kita juga belum sempurna? 

Masih kurangkah dengan nikmat yang telah diberikan kepada Allah sehingga kita minta, minta dan minta lagi namun melupakan apa-apa yang diperintahkan-Nya?

Kelas kedua adalah kelas seorang hamba yang berdoa dengan memuji kepada Allah. Apapun yang menjadi keinginannya belum sempat ia utarakan karena asyik memuji kepada Allah. Kelas yang kedua ini “mending”.

Adapun cara berdoa yang dianjurkan oleh Cak Nun adalah berdoa dengan memperbanyak istighfar. Telah banyak disebutkan dalam Al Quran maupun hadits keutaman istighfar. 

Bagi Cak Nun, bila seorang hamba memperbanyak istighfar dan terus memohon ampun kepada Allah, hamba tersebut akan menjadi bersih. 

Seumpama kaca yang dipenuhi debu-debu dosa manusia kemudian terus dibersihkan hingga menjadi jernih kemilau, nur Allah akan dengan mudah menembus hati manusia. 

Bila seorang hamba sudah mendapatkan ampunan dari Rabb-Nya, ia akan mendapatkan kasih sayang dari Rabb-Nya. 

Bila sudah mendapat kasih sayang Allah, tentunya Allah akan mengangkatnya ke derajat yang lebih mulia di sisi-Nya. 

Ia akan menjadi kekasihnya. 

Bukankah kehendak seorang kekasih selalu dituruti tanpa harus meminta?

Maha Besar Allah dengan Maha Tahu-Nya.





0 komentar: