ISMAIL HADISOEBROTO DILOGO:
Sang Begawan Ortopedi dan Sel Punca dari Indonesia
Ditulis oleh: dr. Dito Anurogo
”Teruslah berusaha dan berdoa. Jangan
lupakan Allah SWT.”
DR. Dokter Ismail Hadisoebroto Dilogo,
SpOT(K)
Inovatif, mandiri, profesional, tegas,
fokus. Begitulah gambaran sosok dokter Spesialis Ortopedi yang menjabat sebagai
Ketua ASPI (Asosiasi Sel Punca Indonesia) periode 2016-2019.
Jogja Post — Dokter Ismail, begitu ia kerapkali disapa pasien dan murid-muridnya. Putra dari pasangan H Erwan Hadisoebroto Dilogo dan Saspiati ini telah menorehkan tinta emas di sepanjang sejarah dunia ortopedi dan sel punca di Indonesia. Ia pernah menjalani Ph.D exchange student di National University of Singapore tahun 2006. Peraih lebih dari 16 penghargaan dan prestasi tingkat nasional dan internasional. Ia seorang peraih beasiswa internasional AAOS surgical skill scholarship American Academy Orthopaedic Surgery (AAOS) 1-12 Mei 2013. Kemudian berlanjut meraih AAOS - Massachusetts General Hospital, Harvard Medical School, International Emerging Leaders Scholarship Award 2015. Ismail telah sepuluh kali mengikuti fellowship dari tahun 2004 hingga 2016 di mancanegara (seperti: Singapura, Thailand, Amerika, Taipei, dsb). Ia telah lebih dari 63 kali mengikuti konggres dan seminar (di dalam dan luar negeri, seperti: Kuala Lumpur, Manila, Singapura, Iran, China, Taiwan, Denmark, Hongkong, Jerman, Inggris, Filipina, USA, India, Florida). Pemenang lebih dari 10 hibah penelitian (grant).
Saat menjabat Kepala Puskesmas Klatakan, Jember,
Jawa Timur, Indonesia 1995-1998, Ismail berhasil menjadikan puskesmas itu
mandiri, berpenghasilan, aman, memiliki musala, dengan cakupan imunisasi
tertinggi, serta menaikkan peringkat dari 50 menjadi 24.
Pria penggemar badminton ini juga pernah menjadi bagian
dari tim Kesehatan Khusus, DepkesRI untuk Nanggroe Aceh Darussalam, di RS
Zainoel Abidin, Banda Aceh, Agustus-November 2003. Tim Medis Depkes RI untuk
Bencana Tsunami Aceh di Banda Aceh, 28 Desember- 2 Januari 2005. Tim Medis RSCM
untuk bencana gempa bumi Yogyakarta di RS Sardjito, Yogyakarta, Juni 2006.
Tentunya tak berlebihan bila berdasarkan
pencapaian dan pengalaman, didukung prestasi, penghargaan, kinerja, serta
dedikasi yang begitu tinggi kepada dunia ilmu pengetahuan serta masyarakat
Indonesia selama ini membuat pria kelahiran Jember, 28 Januari 1969 ini dijuluki
sebagai sang Begawan Ortopedi dan Stem
Cells dari Indonesia.
Ortopedi dan Stem Sel Itu
Prospektif
Di Indonesia, masih jarang dokter
spesialis ortopedi yang juga memahami sel punca. Ismail adalah perkecualian. Suami
dari dr.Juni Tjahjati ini merupakan salah satu pakar yang berhasil memadukan
keduanya, sehingga dapat diaplikasikan langsung ke pasien.
Ismail tertarik menekuni ortopedi dan sel
punca, karena proses yang dialaminya saat berkuliah. Pria penyuka pecel, ikan,
dan steak ini merasa senang dan
menikmati ilmu ortopedi. Ilmu ortopedi dan stem sel sangatlah berkaitan,
terutama dalam hal teknik jaringan, seperti bone
graft dan bone transport, di mana
dalam menatalaksana beberapa kasus ortopedi masih banyak terdapat keterbatasan.
Beberapa kasus ortopedi tidak dapat diselesaikan dengan sempurna menggunakan
metode terapi saat ini, dan terdapat banyak komplikasi. Diharapkan dengan
penggunaan stem sel ini, tatalaksana berbagai kasus ortopedi tersebut dapat
dilakukan dengan, tepat cepat, dan baik, serta dapat meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi.
Ortopedi dan stem sel ini sangat prospektif. ”Sel
punca sangat mendukung kemajuan ilmu ortopedi. Prinsip tatalaksana ortopedi
yang saat ini, dalam hal regenerasi, reparasi, dan replacement, menggunakan logam atau bahan metal lainnya sehingga
hanya mencakup prinsip mekanikanya saja, akan diarahkan ke tatalaksana dengan
prinsip biologis menggunakan teknik stem sel. Penyakit ortopedi yang selama ini
dengan pengobatan konvensional belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau
bahkan belum bisa ditangani sama sekali, dapat ditangani dengan teknik stem
sel,” paparnya.
Dokter Sejuta Ide
Ismail berhasil
menciptakan alat spinal distractor, untuk melakukan tata laksana
dengan cara distraksi diskus yang telah didegenerasi. Usai dilakukan distraksi,
dilakukan implantasi sel punca pada diskus intervertebralis. Implantasi
menginisiasi regenerasi sel-sel diskus intervertebralis, sehingga meringankan
gejala nyeri punggung bawah. Alat
ini telah dipatenkan dengan nomor paten 38583.
Ismail pemegang paten
[no. 29437] untuk UI system modified
C-clamp. C-clamp sebelumnya telah dimodifikasi sehingga lebar-tinggi
C-clamp fixator dapat diatur sesuai kondisi tubuh pasien, misalnya pada pasien
yang sangat gemuk/kurus. Pemasangannya juga lebih mudah, karena tidak perlu
alat tambahan.
Selain itu, Ismail
juga pemegang paten atas Intervertebral Disc Compactor as compression device of intervertebral
disc to create disc degeneration
model [No.Paten: 29112] dan Periarticular External
Fixation for open fracture of lower limb, that located in diaphysis as
well as near joint [No. Paten: 34896].
Saat Kecil Suka Olahraga
Ismail berasal dari Jember. Namanya juga
anak-anak yang suka permainan, Ismail kecil menyukai hal-hal terkait aktivitas
fisik dan olahraga. Mengapa? Karena kegiatan olahraga tersebut dapat dimainkan
bersama dengan teman-teman di kampung. Ismail bersama teman-teman dapat memainkan
permainan sesuai dengan tren di masa itu. Dengan kata lain, sesuai dengan
”musim”nya. Misalnya saat ”musim” pertandingan All England, Ismail dan teman-teman sering bermain badminton. Saat
”musim” pertandingan bola kaki atau piala dunia, tentunya sering memainkan
sepakbola.
Aktivitas
fisik lainnya yang sering dilakukan saat itu seperti menangkap ikan, menangkap
burung, atau permainan kampung lainnya. Selain itu, pria penyuka warna biru ini
juga suka mengikuti kegiatan keagamaan, seperti mengkaji Alquran setiap pagi bersama
ibu. Saat remaja, Ismail mengikuti klub olahraga seperti renang, bulutangkis,
dan klub sepakbola.
Berjuta Kemudahan Usai
Kesulitan
Sejak kecil, kehidupan menempanya dengan
pelbagai kerja keras dan perjuangan. Hal itu sesuai didikan yang diberikan oleh
kedua orangtuanya. Dari mereka berdua, pengidola Soekarno dan Habibie ini paham
bahwa setelah melalui banyak kesusahan, pasti Allah SWT akan memberikan
kemudahan kepada kita semua. Sebagaimana dengan pepatah Jawa ”rekoso menjadi prakoso dan tangguh”. Hal
ini juga termaktub di dalam Alquran, dimana setelah kesusahan itu, terdapat
kemudahan.
From Zero to Hero
Seusai menjalani pendidikan S1 dan menjalankan
kewajiban kerja di daerah terpencil (WKS), Ismail mendaftar sebagai dokter PTT
(pegawai tidak tetap). Selama menjalankan program PTT tersebut, ia ditugaskan
sebagai kepala di salah satu Puskesmas di wilayah Jember. Saat itu, ia bersama istri
sama-sama menjabat sebagai kepala Puskesmas. Pria pengagum Isaac Newton ini memilih
untuk tinggal di dekat Puskesmas, tempat kerja istri.
’’Jangan takut berbuat
salah, karena orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa. Teruslah belajar
dari kesalahan dan selalu meningkatkan
kualitas diri.’’
DR. Dokter Ismail Hadisoebroto Dilogo,
SpOT(K)
Keajaiban Doa, Pembuka Pintu
Langit
Setelah menjalankan program PTT, Ismail
mendaftar untuk menjadi residen Ortopedi di Universitas Airlangga, Surabaya. Berbekal
kemampuan dan kompetensi akademik yang baik, ditunjang pelbagai prestasi dan
organisasi yang telah diraih dan diikutinya, Ismail merasa cukup yakin
diterima. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Ia belum diterima.
Ismail tetap bersemangat dan pantang menyerah. Siang malam doa dipanjatkannya
kepada Allah SWT. Jalan yang manakah yang terbaik untuk dirinya beserta
keluarga, serta membaktikan diri kepada bangsa.
Keajaiban pun terjadi. Entah bagaimana
ceritanya, Ismail diperkenalkan sahabat dari Universitas Airlangga dengan salah
satu profesor pendidik ilmu Ortopedi di FK UI. Ismail mulai mengetahui dan
mencari pelbagai informasi untuk mendaftarkan diri menjadi residen Ortopedi.
Sahabatnya saat itu sudah diterima menjadi residen kardiologi di FK UI. Oleh sang
Profesor, Ismail diijinkan untuk mendaftar menjadi residen ortopedi.
Rupanya Dewi Fortuna masih berpihak kepada
Ismail. Pendaftar residen ortopedi berjumlah lima orang. Peserta yang hadir
mengikuti tes hanya dua orang. Ceritanya, tiga dari lima orang tersebut menunda
untuk masuk residen karena sesuatu hal. Otomatis peluang Ismail untuk menjadi
residen bertambah besar.
Ismail menjadi sadar, bahwa di balik
”keajaiban” ini, terdapat kuasa Allah SWT. Ketika dirinya sudah menunjukkan
prestasi dan kualitas terbaik, belum diterima. Pintu-pintu langit seolah
terbuka saat dirinya pasrah, berdoa, memohon sepenuh hati kepada Allah SWT.
Ismail juga yakin atas rencanaNya yang tentu terbaik untuk umatNya.
Seni Negosiasi
Sejak mahasiswa, Ismail aktif berorganisasi. Saat
ini, ia terlibat aktif dalam 14 organisasi. Ia merasakan dapat berkontribusi
pada organisasi memberikan arti nan kebahagiaan tersendiri. Dengan
berorganisasi, Ismail juga merasakan sensasi ”from nothing to something”, sekaligus memiliki added value. Selain itu, bersama-sama merealisasi visi-misi,
mendapatkan koneksi, dan tentunya meraih rida Ilahi.
Di dalam berorganisasi, salah satu hal terpenting
adalah kemampuan negosiasi alias melobi. Ismail memiliki kiat jitu agar
negosiasi berjalan damai. Caranya mudah. Tunjukkan inovasi dan prestasi diri,
sehingga integritas dan kredibilitas
kita diakui. Selanjutnya, kita dipercaya orang. Modal kepercayaan penting bagi
kemajuan organisasi.
Selain itu, berikan peluang kepada mereka yang
memang mau, mampu, dan berkompeten. Sehingga dengan sinergi-kolaborasi, para
ahli dapat berkontribusi membangun negeri.
’’Sukses adalah suatu keadaan dimana kita
dapat mengaktualisasi diri, mencapai target-target positif untuk hidup kita dan umat manusia.’’
DR. Dokter Ismail Hadisoebroto Dilogo,
SpOT(K)
Rahasia Sukses
Nasihat Bagi Generasi Muda
Bekerjalah
sebaik-baiknya dalam menjalankan tugas. Ikhlaslah, jangan aji mumpung, jangan
mengejar materi. Begitu kita menjalankan profesi dengan profesional menurut
profesi dan agama, berempati, ikhlas, materi akan datang sendiri. Jika kita
memberikan yang terbaik kita akan mendapatkan yang terbaik. Jika kita berbuat
baik kita akan menuai kebaikan. Jika kita berbuat keburukan kita akan menuai
keburukan. [dr. Dito Anurogo]
0 komentar: