https://www.gudeg.net/direktori/1400/pasar-senthir-yogyakarta.html |
Jogja Post — Setiap sudut Jogja memang romantis, syahdu dan asyik untuk dikenang. Bukan hanya bagi orang yang baru saja datang ke Jogja, bahkan mereka-mereka yang sudah ribuan kali ke Jogja pun barangkali mengalami hal yang sama; kangen.
Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin menceritakan perjalanan mengunjungi Pasar
Senthir. Tapi sebelumnya, tahukah pembaca sekalian mengapa tempat tersebut
dinamakan Pasar Senthir?
Pasar
Senthir sudah berdiri sejak puluhan lalu, kalau tidak keliru tahun 80-an.
Konon, di Pasar Senthir tersebut ketika orang berjualan mereka tanpa ada
penerang atau biasa yang disebut lampu pada saat ini.
Senthir
sendiri adalah lampu yang hanya bisa nyala dengan bantuan minyak tanah. Untuk
menyalakannya pun bukan menggunakan listrik, namun minyak tanah. Bisa
kebayangkan?
Jadi,
alangkah lebih romantisnya zaman dahulu mana kala para pedagang berjualan
dengan menggunakan senthir. Hemm….
Geliat
Pasar Senthir
Pasar
Senthir sendiri terletak di jalan Pabringan Selatan, Ngupasan, Gondomanan, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bila pembaca pernah ke Pasar
Bringharjo, coba tengoklah disebelah tempat parkir Pasar Bringharjo, di situlah
Pasar Senthir.
Di
Pasar Senthir, biasanya para pedagang datang pada pukul 18.30. Persiapan untuk
membuka lapak mereka sekitar 30 menit; sehingga bisa dibilang mulai aktif
berjualan pada pukul 19.00 – 24.00 WIB.
Namun
ada pula para pedagang yang datangnya di jam-jam setelah itu. Mungkin ada beberapa pedagang yang
rumahnya agak jauh karena selama penulis telusuri, pedagang bukan hanya berasal
dari orang Jogja asli, namun juga berasal dari luar daerah.
Pertanyaannya,
apa sih yang dijual di Pasar Senthir. Di Pasar Senthir memang terkenal murahnya
sekaligus kualitas barang masih OK.
Tak
jarang penulis pun bila sedang ingin sesuatu carinya di sana dahulu. Bagi
penulis, lebih memilih Pasar Senthir sebab gak ribet. Cukup dah
kepercayaan tak perlu nota dan lain sebagainya hehe…
Jika
Anda berada di sana, Anda akan menjumpai berbagai barang bekas baik
barang-barang yang sudah benar-benar bekas— maksud saya adalah barang-barang yang sudah teng prethel
tidak bisa dipakai.
Anda
juga akan menjumpai barang-barang yang kondisinya masih bagus namun juga dari
segi harga sangat terjangkau. Yups, handphone-handphone, kipas angin, setrika
dan lain sebagainya.
Pokoknya,
bila Anda ingin mencari barang bekas namun kualitas masih bagus, Anda bisa ke
Pasar Senthir. Sebab di sana memang spesial barang-barang bekas.
Ada
yang terlewat! Bila Anda seorang akademisi, mahasiswa ataupun siswa; Anda tidak
perlu khawatir ingin membeli apa. Di Pasar Senthir pun ada beberapa pedagang
yang menjual buku-buku kuno, buku-buku yang jadul namun aura keramatnya masih
terasa.
Buku-buku
formal pun ada keluaran penerbit-penerbit tahun lawas, ada makalah, kliping, contoh karya ilmiah sampai komik dan cerita rakyat Jogja.
Di
bagian sisi selatan, Anda pun akan menemui penjual-penjual yang mengisi barang
dagangannya dengan fashion dan sesekali kaset tipe recorder.
Itulah
Pasar Senthir yang berani menyuguhkan segalanya, segala usia dan segala
kebutuhan.
Pasar Senthir dan Pesan Kebangsaan
Berbicara
tentang kota yang satu ini, rasanya memang tiada habisnya. Sampai-sampai
penulis pun menekadkan diri untuk membuat website khusus yang membahas Kota
Jogja; Jogja
Post.
Tak
terkecuali dengan Pasar Senthir. Pasar Senthir bagi penulis seakan-akan
menyimpan sejuta pesan bagi penulis, mungkin juga bagi Anda.
Pesan
yang pertama, bila Anda ingat satu per satu para pedagangnya, adakah
wajah masam di antara mereka? Tentu saja tidak ada. Misal ada pun hanya 1 atau
2 orang.
Begitu
bahagianya mereka, meski yang dijual adalah barang-barang yang mungkin menurut
akal kita adalah barang-barang yang hanya akan menjadi onggokan, namun mereka
sadar betul bahwa barang-barang itu bukan barang biasa.
Berpikir
ala Jawa mengisyaratkan bahwa barang seburuk apapun pastilah ada gunanya bila
Ia di tempat yang tepat. Pribadi memang kurang membutuhkan, namun dengan
semangat berbagi, barang-barang yang kesannya sepele tadi akan sangat berguna
bagi yang mencarinya.
Selanjutnya,
mereka juga beranggapan bahwa barang bekas apapun yang menurut sebagian orang
kurang berguna, tentulah masih ada rejekinya.
Lihatlah
para pedagang, keyakinan akan rejeki bahkan bukan hanya terkait apa yang di
pikirannya benar, melainkan sudah menembus ruang-ruang pikiran sempit dan
prasangka.
Memang
benar, nyatanya barang-barang bekas baik prithilan-prithilan elektronik
juga masih laku. Sebagian pembeli ada yang menggunakannya sebagai hiasan kunci,
adapula yang digunakan untuk melengkapi komponen-komponen barang yang hilang.
Pasa
Senthir memang romantis, ia bukan mengajarkan kita untuk menagih, namun sejauh
apa kita bisa memberikan manfaat.
Kemerdekaan
Mengatur Waktu
Barangkali
pembaca akan senantiasa bertanya-tanya apa yang membuat mereka bahagia sumringah.
Salah satu di antaranya adalah keyakinan dan yakin atas apa yang dijalaninya.
Penulis
sempat berbincang-bincang dengan salah satu penjual barang-barang bekas di
Pasar Senthir. Seperti pedagang-pedagang lainnya, ia datang ke Pasar Senthir
untuk mengais rejeki.
Baginya,
rejeki adalah sesuatu hal yang jelas-jelas ada. Tugasnya hanyalah menjumputnya,
bukan berpikir ada atau tiadanya lagi.
Apalagi
bila berkaitan untuk menafkahi keluarga, baginya bisa makan esok hari sudah
menjadi sebuah kenikmatan yang tak terkira. Ia lebih memilih untuk tinggal
bersama keluarga.
Meskipun
bisa dibilang pekerjaannya bukan sebagai pegawai tetap, namun ia sangat
merasakan keluasan hidup; terlebih bila disangkut-pautkan dengan kehendak hidup
di dunia.
Menurut
penuturannya, ia lebih memilih berjualan di Pasar Senthir karena di tempat itu
para pedagang dibebaskan untuk berjualan sesuai waktu yang ditetapkan. Di sana,
benar-benar datar seperti tak ada kompetisi; low profil bahasa
Inggrisnya.
Sebuah
pemandangan menyejukkan di sudut Kota Jogja, masyarakat berlomba-lomba saling
memberikan manfaat, saling berbagi dan tukar rejeki.
Pasar
yang bukan hanya pasar, namun pasar yang hakikatnya memberikan pesan kepada
warga masyarakatnya akan arti pentingnya kemerdekaan segala hal.
Bila
seseorang sudah merdeka, ia tidak akan berbuat curang dalam berdagang, cemas
ataupun melakukan praktek-praktek hitam.
Justru
dengan kemerdekaan, setiap orang akan saling berbagi, memberikan sebaik-baiknya
bagi orang yang ditemuinya. Kemerdekaan yang bukan hanya di pandang dari segi
jabatan, namun dari segi aktifitas.
Benar,
Pasar Klithikan secara tidak langsung memberikan pesan kebangsaan kepada kita
akan pentingnya mengatur waktu sendiri, mengelola barang dagangannya sendiri
tanpa rasa kurang.
Begitu
indahnya bila semua orang benar-benar dapat mengatur waktunya sendiri. Tentulah
kemacetan tidak akan terjadi, peredaran aktifitas penduduk akan rata dan
seimbang.
Setiap
orang memiliki perannya masing-masing, visi dan misinya masing-masing sehingga
yang terjadi hanyalah saling memberikan manfaat bagi sesama.
Setiap
rumah tangga menjalankan fungsinya sesuai tujuannya, sesekali berkumpul untuk sharing
dengan capaian usahanya.
Jogja
memang romantis, bukan hanya di setiap sudutnya, bahkan di setiap pasarnya.
Terima
kasih Pasar Senthir!
Zamhari
Penulis tinggal di Jogja
0 komentar: